Senin, 30 Juni 2014

TEORI BEHAVIOURISM

Nama               : Nisa Khairany/ 083806290195
Kelas               : B
Fakultas           :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Mata Kuliah    : UAS Psikologi Pendidikan
Nama Dosen   : NURAIDA, MSI



SOAL
I.                   Teori behaviorisme

A.    LATAR BELAKANG
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik.Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting.Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa. Belajar juga ada dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)
Dalam Hadist Nabi yang Artinya : “mencari ilmu adalah  diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan wanita dari mulai lahir sampai ke liang lahat.”
Sehingga dapat dilihat bahwa pendidikan dan mencari ilmu adalah kewajiban bagi kita semua.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Melalui belajar seseorang dapat mengerti berbagai ilmu, memahami konsep-konsep baru, ataupun mengalami perubahan tingkah laku.Keberhasilan proses belajar dan pembelajaran salah satunya tentukan oleh pemahaman seorang pendidik terhadap teori belajar.Menurut Gage dan Berliner(1984) salah satu fungsi dari teori belajar adalah fungsi rekomendatif, yang artinya teori belajar sebagai ilmu terapan, tidak hanya memberikan wawasan konseptual tentang fenomena belajar-pembelajaran, tetapi dapat membantu memberikan rekomendasi untuk praktik pembelajaran
Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan di Indonesia masih banyak permasalahan yang timbul, dari kasus kekerasan maupun kasus asusila terjadi di dunia pendidikan Indonesia dan apa yang salah dengan pendidikan kita ini? Intuisi pendidik yang seharusnya menciptakan generasi muda dan generasi pemimpi masa depan terlibat tawuran dan perkelahian. Kasus dekat yang masih hangat yaitu terbunuhnya siswa SMA 3 Jakarta akibat kekerasan senior ketika mengikuti kegiatan Pecinta Alam yang notabennya dilaksanakan oleh sekolah.Belum lagi guru yang menggunakan fungsi jabatannya untuk berlaku semaunya terhadap muridnya. Sang guru membuat dirinya menjadi begitu ditakuti oleh muridnya sendiri sehingga suasana proses belajar mengajar tak ubahnya seperti pendidikan militer yang penuh dengan tekanan psikologis. Hal ini juga yang sering dimanfaatkan oleh guru yang bermental bobrok, mengancam tidak meluluskan atau memberi nilai jelek sehingga tega melakukan kekerasan seksual kepada anak didiknya sendiri, kekerasan inilah akar yang menjadi perilaku dan tingkah laku negatif yang akan mereka ingat karena dalam dunia anak-anak setiap tindakan akan mereka ulangi dan rasakan setiap hidup mereka. Apadalam pendidikan kita prilaku dan emosional tidak diajarkan dalam dunia pendidikan?
Ada beberapa aspek yang menjadi akar kekerasan dalam dunia pendidikan kita, Pertama, sistem pendidikan yang tidak setara.Kedua, Institusi pendidikan yang rapuh dalam hal menjalankan, mengawasi dan mengevaluasi proses belajar mengajar.Ketiga, negara tidak punya konsep dan arah sistem pendidikan di Indonesia akan dibawa. Dalam pendidikan tidak hanya kognitif yang ditonjolkan, melainkan kreatifitas pengajar yang diutamakan, tidak monoton atau membosankan namun lebih memperhatikan bagaimana siswa belajar, karena carabelajar siswa tidaklah sama satu dengan yang lainnya. Pengajar harus memahami berbagai teori belajar.Teori belajar yang menginspirasi dan mendasari lahirnya macam-macamstrategi pembelajaran, seperti teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teorikonstruktivisme.Teori belajar behaviorisme atau behavioristik merupakan teoriyang berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagaiakibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkahlaku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.Oleh karena itu teori belajar behavioristik penting untuk dipahami oleh seorang pendidik.

B.     TUJUAN PENULISAN
Jika melihat teori belajar bloom, bahwa belajar harus menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
1.      KOGNITIF
·         Kognitif 1 (C1) Pengetahuan: Menyebutkan tokoh dan arti dari hukum teori behaviorisme
·         Kognitif 2 (C2) Pemahaman: Menjelaskan pokok dari teori behaviorisme
·          Kognitif 3 (C3) Penerapan:  Menggambarkan konsep penerapan teori behaviorisme
·         Kognitif 4 (C4) Analisa: Menganalisis dan Menghubungkan  hukum-hukum yang menjadi dasar teori behaviorismedan Teknik Belajar Efektif yang Dipengaruhi Aliran Teori Behaviorism
2.      AFEKTIF
·         Afektif 1 (A1) Penerimaan: Menunjukkan kesadaran memberi perhatian pada konsep dasar teori behaviorisme dan teori-teori yang mendukungnya
·          Afektif 2 (A2) Partisipasi: Ikut serta secara aktif dalam pembelajaran hukum-hukum dasar teori behaviorisme
·         Afektif 3 (A3) Penilaian atau penentuan sikap :Menyatakan pendapat atau pertanyaan tentang hukum-hukum dasar teori behaviorisme dan penerapannya.

3.      PSIKOMOTORIK
·         Psikomotor 1 (P1) Persepsi: Dapat memilih dan menunjukkan hukum-hukum dasar teori behaviorisme dengan tokohnya

C.    TEORI-TEORI
1.      PENGERTIAN
Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku yang dapat diukur, diamati, dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan.Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.

2.      TOKOH-TOKOH
Di bawah ini merupakan tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar behavioristik.
a.      Ivan P. Pavlo
Pavlov (1927) mengembangkan teori conditioning dengan melakukan percobaan terhadap anjing.Dalam percobaan ini, anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
b.      Edwin Guthrie
Guthrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah.Dia juga menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap.Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga mengemukakan tiga metode pengubahan tingkah laku, yaitu: metode respon bertentangan, metode membosankan, dan metode mengubah lingkungan.
c.       Skinner
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalan belajar. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini terdiri dari enam konsep, yaitu:
1)      Penguatan positif dan negative.
2)      Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang semakin mendekati tingkah laku yang diharapkan.
3)      Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, sehingga respon sesuai dengan yang diisyaratkan.
4)      Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan.
5)      Chaining of Response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
6)      Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.
d.      Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon.Teori belajar ini disebut teori connectionism.Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh.Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum:
1)      Hukum kesiapan (Law of Readiness), kesiapan seseorang dalam melakukan sesuatu hal mempengaruhi hasil akhirnya.
2)      Hukum latihan, jika respons terhadap stimulus diulang-ulang maka akan memperkuat hubungan keduanya.
3)      Hukum akibat, hubungan stimulus respon diperkuat apabila akibatnya memuaskan, berlaku juga sebaliknya.
e.       Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar.Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
f.       Watson (Aliran Behavioris Murni)
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Kajian Watson tentang belajar sangat berorientasi pada pengalaman empirik yaitu sejauh yang dapat diukur dan diamati.
g.      Gagne
Gagne membagi proses kelangsungan belajar dalam empat fase utama, yaitu:
1)      Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara.
2)      Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya.
3)      Fase storage /retensiadalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
4)      Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori.

3.      POKOK-POKOK TEORI BEHAVIORISM
Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan.Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.
Pendidikan behavioristik merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam bidang subjek dan manajemen kelas.Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Ø  Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
Ø  bersifat mekanistis,
Ø  menekankan peranan lingkungan,
Ø  mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
Ø  menekankan pentingnya latihan,
Ø  mementingkan mekanisme hasil belajar,
Ø  mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar.

Prinsip Dasar Behaviorisme
·         Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
·         Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
·         Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
·         Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
·         Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
·         Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
·         Kekurangan
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata–kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
·         Kelebihan
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, dan daya tahan.
Contoh :
Percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang, dan olahraga.Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

D.    ANALISI TEORI
a)      Teknik Belajar Efektif yang Dipengaruhi Aliran Teori Behaviorism
Untuk bisa menciptakan sistem pengajaran yang efektif, sangat penting bagi guru maupun orang tua untuk mempelajari berbagai pilihan metode pembelajaran (learning) yang layak diterapkan pada anak didik.Salah satu bentuk pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh aliran behaviorisme, yaitu sebuah pendekatan dalam ilmu psikologi yang menekankan pada hal-hal yang dapat dilihat dari perilaku dan peran lingkungan sebagai penentu perilaku. Proses pembelajaran dalam aliran ini menekankan pada asosiasi antara stimulus dalam lingkungan dengan respon, yang dikenal dengan istilah pengondisian (conditioning). Terdapat dua jenis pengondisian yang dikemukakan oleh dua tokoh yang berbeda pula. Namun dalam kesempatan ini hanya akan dibahas pengodisian operan (operant conditioning) yang digagas oleh B. F. Skinner, yakni melalui contoh kasus berikut.
Berdasarkan pengalaman sorang anak yang memasuki sekolah menengah pertama.Iabukanlah murid yang berprestasi di bidang akademik sewaktu duduk di bangku SD. Mengamati anak perempuan semata wayang tak becus dalam urusan sekolah, ibu saya menawarkan sebuah perjanjian yang rupanya dapat menumbuhkan motivasi belajar saya. Apabila saya bisa memperoleh peringkat sepuluh besar, saya akan terbebas dari segala urusan rumah tangga, seperti mengepel, menyapu, mencuci, dan lain sebagainya. Alhasil, saya pun giat belajar demi terbebas dari kewajiban membantu ibu.Dan tanpa disangka, saya berhasil memperoleh peringkat pertama.Senyuman penuh kebahagian, syukur, dan rasa bangga pun yang terukir di wajah ibu setelah pulang mengambil rapor.Hal ini menyebabkan anak tersebut menjadi kian kalut dalam usaha mempertahankan juara kelas dari tahun ke tahun.Dan banyak hal positif yang anak tersebut rasakan setelah itu, seperti lebih dihargai teman dan. Sayangnya, ketika saya gagal menjaga konsistensi tersebut, maka saya akan mendapatkan beberapa hal sebagai ganjaran, seperti berkurangnya waktu bermain dan sudah tentu harus tetap mengerjakan tugas bersih-bersih rumah. 
Dari contoh kasus di atas, dapat dijabarkan beberapa hal sebagai berikut :
·         Penguatan (reinforcement) atau penghargaan (reward), yaitu suatu konsekuensi yang meningkatkan peluang terjadinya sebuah perilaku, seperti usaha belajar yang meningkat setelah diberi stimulus.
·         Penguatan negatif (Negative reinforcer) merupakan penguatan yang didasarkan pada prinsip bahwa frekuensi dari respons meningkat diikuti oleh stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya usaha belajar meningkat dikarenakan untuk menghindari tugas-tugas rumah.. 
·         Hukuman (punishment) adalah suatu konsekuensi yang menurunkan peluang, contohnya tugas bersih-bersih dan kuantitas waktu bermain dikurangi.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati.Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
·         Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara;
·         Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
·         Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan.Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement).Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon.Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons
E.     KREATIVITAS DAN INOVASI
1)      Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.


Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.



2)      Ayat Al- Quran dan Hadist Serta Gambar yang Menerangkan Teori Behaviorism
Belajar juga ada dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)

Dalam Hadist Nabi yang Artinya : “mencari ilmu adalah  diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan wanita dari mulai lahir sampai ke liang lahat.” Sehingga dapat dilihat bahwa pendidikan dan mencari ilmu adalah kewajiban bagi kita semua.Mencari ilmu diwajibkan sedari usia muda sampai hayat menjemput dan tidak dibatasi rang juga waktu yang ada















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJAN
Nama                           : AZIZAH SALSA BILAH
Satuan Pendidikan      : SD 05 Petang
Kelas/Semester            : V/satu           
Alokasi Waktu               : 2 x 45 menit
Tanggal                       : Tgl 16 Juni 2004
Mata Pelajaran            : Bahasa Inggris

A.    KOMPETENSI INTI
1.      Mempraktekan berbahasa Inggris dengan Past Tens dan Continus Tense
2.      Mau melatih prounounsation bahasa Inggris yang baik dan benar.
3.      Memahami pengetahuan tentang struktur kalimat Past Tense dan Contunus
Tense dan Mengetahui kondisi penggunaanya

B.     KOMPETENSI DASAR
9.1 Menghafal Struktur Kalimat Past Tense dan Verb yang dipakai
9.2  Mempraktekan penggunaan Past Tens dan Continous Tense dalam kehidupan sehari hari
9.3 Menggunakan kalimat Past Tens dan Continous Tense dalam kehidupan sehari hari

C.     TUJUAN PEMBELAJARAN
1.      Siswa mampu menghafal Struktur Kalimat Past Tense dan Verb yang dipakai (usia 10 tahun hingga dewasa) yang dapat memahami suatu konsep.( C1)
Perkembangan  Kognitif :
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir.Ranah kognitif  juga diartikan sebagai ranah yang mencakup kegiatan mental(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi

2.      Siswa mampu mempraktek makna dari surat-surat pendek yang ada di dalam Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan siswa dalam tahap oprasional formal yang dapat mengamati. (P1)
Penjelasan: Perkembangan Psikomotorik
Psikomotorik (kemampuan skill) adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik. Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan kepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan daridalam diri seseorang.
3.      Siswa mau menggunakan kalimat ast Tense dan Continous Tens dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan siswa dalam tahap oprasional formal yang dapat mengamati. (P1)
Penjelasan:  Afektif
Afektif  adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta; mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi; mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang tata bahasa atau makna).Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai.Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
D.    MATERI PEMBELAJARAN
1.         Kalimat Past Tens dan Continous Tense
2.         Makna dan manfaat mempelajari Kalimat Past Tens dan Continous Tense

METODE PEMBELAJARAN
1.   Pendekatan                 : Past Tense dan Continous Tense
2.   Metode                        : Ceramah,Diskusi ,Kuis ,Tanya Jawab
3.   Model                         : Behaviorism
4.   Sumber Pembelajaran : Buku bhs Inggris kelas v
5.  Guru berperan sebagai fasilitator,pemberi informasi,membantu menyelesaikan masalah dalam materi dan mengembangkat minat siswa dalam berbahasa Inggris
Cara Mengembangkan Konsep Diri dan Emosi
1)      Motif,apabila anak memiliki motif yang kuat dalam belajar maka ia akan berusaha agar belajar dengan sebaik baiknya,Guru bertugas untuk menumbuhkan motif yang kuat pada siswa ,guru harus berusaha memberi kesadaran makna dan tujuan apa yang dilakukan .Oleh karena itu,harus ditanamkan kepada siswa kegunaan belajar dapat menaikan taraf hidup ,memperbaiki perekonomian pada anak yang miskin ,Motif juga berkaitan dengan minat anak, guru harus mengetahui minat siswa dan menyalurkannya dalam kegiatan didalam maupun diluar sekolah seperti (Ekstrakulikuler)

2)      Self Confidance (Kepercayaan Diri), , siswa sering merasa tidak percaya diri karena banyak diskriminasi dari teman temannya dan beberapa perlakuan guru yang kurang bertanggung jawab yang sering pilih kasih biasanya membentuk anak menjadi minder,guru seharusnya membangun kepercayaan bahwa seluruh siswa tanpa terkecuali mempunyai kemampuan yang sama tergantung niat dan usaha yang keras yang dapat menentukan prestasinya masing masing.Dalam konteks ini Fungsi Bimbingan sebagai  fungsi pemahaman sangat dibutuhkan ,yang dimaksut fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihk pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.Fungsi pemahaman ini meliputi:
a)      Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri
b)      Pemahaman tentang lingkngan peserta didik ermasuk dalam lingkungan keluarga dan sekolah
c)      Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk didalmnya informasi pendidikan ,jabatan,budaya dan lain-lain.

3)      Konsentrasi dan perhatian,agar proses belajar mencapai hasil yang baik harus diperlukan konsentrasi yang baik atas materi yang diperlukan, Banyak anak yang kelihatanya belajar tetapi perhatiannya tidak terkonsentrasi pada pelajaran,dalam siswa miskin ini disebabkan mungkin karena adanya permasalahan dirumah,pemenuhan gizi yang kurang itu juga factor yang menyebabkan siswa sulit konsentrasi ,namun masalah ini dapat teratasi dengan perlakuan guru yang lebih peduli dan dari motif siswa yang kuat. Guru mungkin memiliki pendengaran yang baik,namun belum menjadi pendengar yang baik.Ingat,anak anak lebih peduli tentang bagaimana Anda mendengar mereka,dari pada seberapa baiknya anda menyampaikan pelajaran.

4)      Harapan,setiap diri manusia pasti memiliki harapan,harapan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,harapan adalah penantian yang positif ,harapan dapat meningkatkan suasana hati dan ketekunan yang dapat meningkatkan hasil,sebagai guru kita seharusnya membangun harapan anak anak untuk mncapai cita citanya melalui pendidikan,contohnya ceritakan kisah kesuksesan dari tamatan siswa tahun lalu,tokoh tokoh negarawan,agama dan panutan lainnya . Membangun asset akademik dan personal siswa termasuk dalam hal keterampilan dengan diadakannya pelajaran dan ekstrakulikuler dibidang seni ,ilmu pengetahuan serta bahasa asing.

Mengajari siswa bagaimana menetapkan dan mencapai tujuan ,jangan segan segan untuk menyanjung hasil karya mereka ,banyak para guru yang tidak menerima hasil karya atau tugas yang diselesaikan karena hasilnya kurang memuaskan,namun karena hal itu siswa dapat menimbulkan sikap tidak hormat dan rasa tidak percaya kepada guru tersebut karena usahanya merasa tidak dilihat Kadang guru melakukan apa saja dengan benar,namun jika siswa tidak berpikir bahwa Anda mempercayai mereka ,guru akan kehilangan landasan.Para guru harus mengetahui ketika anak anak penuh dengan harapan,mereka berupaya lebih keras,mereka bertahan lebih lama dan mereka lebih lebih mungkin mencapai tujuan mereka.

Bagi banyak anak,koneksi yang Anda ciptakan dengan mereka adalah lebih dari koneksi yang diciptakan seorang tokoh yang berwewenang. Mereka tidak ingin memberitahukan ini kepada Anda namun Anda bisa menjadi ibu atau ayah yang “jauh dari rumah” bagi lebih banyak anak ketimbang yang anda bayangkan. Saya tahu karena saya adalah salah satu dari anak anak itu
                        Eric Jensen
a.       Perkembangan Kreativitas
Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses kognitif maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget. Anak mampu bersikap dan berpola pikir yang dapat menciptakan sesuatu yang baru. Kemampuan tersebut dapat melahirkan kreativitasnya sendiri berupa keterampilan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efifien, tepat sasaran dan tepat guna. Cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar.
b.      Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam belajar
1.      Anak dapat mengunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efesien.seperti metodi diskusi ,
2.      Memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen anak seperti membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa dengan cara mencoba belajar.
3.      Memberikan motivasi dan mengulang pelajaran anak dengan asik agar anak merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.








PENUTUP
Kesimpulan
1.      Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan.
2.      Kelebihan teori belajar behavioristik yaitu cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, dan daya tahan. Sedangkan kekurangannya adalah pembelajaran siswa berpusat pada guru, bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
3.      Cara penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran yaitu dengan menentukan tujuan pembelajaran, menganalisis lingkungan kelas, menentukan materi pelajaran, memecah materi menjadi bagian kecil-kecil, menyajikan materi pelajaran, memberi stimulus, mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa, memberikan penguatan ataupun hukuman, memberikan stimulus baru, mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa, memberikan penguatan lanjutan atau hukuman, kemudian evaluasi hasil belajar.








DAFTAR PUSTAKA
Dwiwandono, S.W. “Psikologi Pendidikan”, Jakarta: PT. Grasindo. 2002.
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2006.
Harland, Randy. 2013. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran,
(Online), (http://randhard.wordpress.com/ruang-admin/tugas-kuliah/teori-belajar-behavioristik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/, diakses30 Juni 2014).
Marmun, A.S. “Psikologi Pendidikan”, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
Purwanto, Ngalim, “Psikologi Pendidikan”, Bandung: CV Remaja Karya. 2009




Tidak ada komentar:

Posting Komentar